Kekerasan seksual pada anak masih kerap terjadi di Indonesia. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, data yang dikeluarkan oleh Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Kekerasan Seksual Anak (SIMFONI PPA), per 1 Januari sampai dengan 19 Juni 2020, kekerasan yang paling banyak terjadi pada anak adalah kekerasan seksual. Terdapat 1.848 kasus kekerasan seksual pada anak, sedangkan kekerasan fisik 852 dan psikis 768.
Berdasarkan data tersebut, Anathasia Citra, selaku Inisiator Saling Jaga Indonesia, mempertegas bahwa edukasi seksual menjadi urgensi dalam masyarakat terutama anak-anak. Namun, masih banyak pandangan negatif terhadap edukasi seksual. Ada yang menganggap bahwa edukasi seksual adalah cara yang digunakan untuk mengajarkan anak melakukan hubungan seksual. Tentu bukan! Ada tiga manfaat edukasi seksual untuk anak menurut Anathasia, di antaranya:
1. Mencegah anak dari pelecehan seksual

Edukasi seksual dapat melindungi anak agar tidak menjadi korban maupun pelaku pelecehan seksual di kemudian hari, “Karena mereka tahu mana sebuah tindakan yang patut dan tidak serta batasan-batasannya,” ungkap Anathasia.
2. Menjadi sumber informasi anak mengenai seksualitas

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels
Anak memiliki tingkat penasaran yang tinggi dan akan mencari jawaban atas keingintahuannya mengenai seksualitas. “Jika mereka tidak mendapat edukasi seksual yang tepat, mereka akan mencari tahu melalui sumber yang bisa jadi salah, misalnya melalui teman, tayangan, dan paparan yang salah lainnya,” jelas Anathasia. Merespon hal tersebut, dibutuhkan edukasi dari keluarga agar anak mendapat sumber informasi yang tepat.
3. Anak mendapatkan edukasi seksual yang sesuai dengan usianya

Photo by C Technical from Pexels
Anathasia juga menjelaskan bahwa anak butuh mendapat a well-informed sexual education, yang pastinya edukasi seksual diberikan sesuai usia anak, “Misalnya bahasan seputar bagian tubuh dan organ intim, juga memberitahu anak jika ada orang lain yang melanggar batasan terhadap tubuh mereka (menyentuh dsb), anak bisa menghindar dari situasi tersebut dan dia punya ‘ruang aman’ untuk terbuka bercerita dan melaporkannya,” lanjutnya.
Jadi, jangan pernah ragu untuk memberikan edukasi seksual pada anak. Karena kalau #akudiamkamukorban dan #kamudiamakukorban, mari kita #salingjaga satu sama lain.
Penulis: Cheryl Cynthia | Editor: Angelina Natasha untuk Saling Jaga Indonesia
Fabulous!!!
Good Article ☺️