
Setiap tahunnya, kasus pelecehan seksual merupakan hal yang sangat sering terjadi dan terus meningkat. Menurut Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), kasus kekerasan seksual merupakan salah satu kasus yang mengkhawatirkan kita saat ini. Hampir setiap minggu, setidaknya ada empat kasus kekerasan seksual yang mereka tangani. Jumlah angka kasus pelecehan seksual dari tahun 2016 – 2019 terus meningkat secara signifikan berdasarkan jumlah pemohon LPSK. Pelecehan seksual saat ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Pelecehan seksual terjadi memang tidak mengenal waktu dan tempat. Namun apakah pelecehan seksual mengenal fashion atau pakaian?
Hasil survey yang dilakukan Koalisi Ruang Publik Aman yang dikutip dari detik.com pada acara jumpa pers yang bertempat di Kekini, Cikini, Jakarta, pada Rabu (17/7/2019) menyimpulkan bahwa tak ada kaitan antara pakaian yang dikenakan perempuan dengan pelecehan seksual. Baik perempuan yang berbaju terbuka maupun tertutup sama-sama berpotensi menjadi korban pelecehan seksual. Ada 19 jenis pakaian yang terpotret di survei ini. Dari survei ini terlihat pakaian model apa saja yang dikenakan perempuan saat mengalami pelecehan seksual. Pakaian yang dikenakan korban adalah rok panjang dan celana panjang (17,47%), disusul baju lengan panjang (15,82%), baju seragam sekolah (14,23%), baju longgar (13,80%), berhijab pendek/sedang (13,20%), baju lengan pendek (7,72%), baju seragam kantor (4,61%), berhijab panjang (3,68%), rok selutut atau celana selutut (3,02%), dan baju ketat atau celana ketat (1,89%). Yang berhijab dan bercadar juga mengalami pelecehan seksual (0,17%). Bila dijumlah, ada 17% responden berhijab mengalami pelecehan seksual.
Selama ini, anggapan kita bahwa pakaian sebagai “pengundang” aksi pelecehan seksual dapat dibantah dengan hasil ini. Tak hanya perempuan dengan pakaian seksi yang dapat berpotensi menjadi korban. Namun, perempuan dengan fashion Hijab hingga Cadar pun dapat menjadi korban pelecehan seksual. Pelecehan seksual terjadi murni 100% karena niat pelaku. Tidak ada korban selama ini yang “mengundang” untuk dilecehkan dan pelecehan seksual tak selamanya salah korban. Pelecehan seksual dapat terjadi karena adanya peluang bagi pelaku. Oleh karena itu, penting untuk kita untuk peduli dan tidak tutup mata terhadap segala bentuk pelecehan yang terjadi. Karena #akudiamkamukorban dan #kamudiamakukorban
Comments